Anak laki itu terus bermain tanpa mempedulikan telapak kakinya yang saya yakin pasti terluka. Keyakinan saya terbukti benar. Ketika keluarga itu mau pulang, sang ayah berteriak ketika melihat kaki putranya penuh dengan luka. Anak itu tetap tidak terlihat kesakitan, bahkan masih minta ijin orangtuanya untuk kembali bermain.
Jadi, apa yang membuat anak itu tidak merasa sakit? Rasa senang. Rasa gembira. Rasa cintanya pada air laut. Keinginannya untuk bermain yang besar.
Bukan hanya anak kecil, tapi kita yang sudah dewasa juga sering seperti itu ya? Ketika kita sedang sangat senang, kita tidak mempedulikan rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh kita. Ternyata, manusia memang lebih mementingkan hati dibanding tubuhnya.
Sekarang saya jadi mengerti, mengapa ada beberapa teman yang masih bertahan dalam suatu hubungan yang menurut saya sebenarnya tidak sehat, karena pasangannya sering melakukan tindak kekerasan. Mereka tidak mau meninggalkan pasangannya, meskipun tubuh mereka sering dilukai. Hati mereka dikenyangkan dengan cara yang - menurut saya - kejam
Bodoh, memang. Tapi itulah kenyataannya. Hati manusia memang terlalu “egois” untuk mengalah, apalagi memikirkan apa yang dirasakan oleh tubuh. Sebagian orang rela tubuhnya tersakiti asal hatinya bahagia
0 komentar:
Post a Comment